Rabu, 06 Juni 2012

Budaya Dan Keyakinan(manusia dan kebudayaan)

Nama : Adhi alwidoyo
Kelas : 4KA22
NPM : 1A 111 112


Dalam cerita ini tersirat hubungan  manusia dan kebudayaan, karena masyarakat Simalungun sumatra utara menirukan tindakan Si raja omas untuk menyelamatkan anak mereka dari angin bahorok yang merekan anggap sebagai jelmaan bidaadari yang marah. Namun pada kenyataanya itu hanyalah fenomena alam saja.

Jadi kebudayaan ialah suatu kebiasaan yang dilakukan turun temurun antar generasi, dan generasi tersebut mungkin saja tidak mempercayainya tapi mereka tetap melakukannya karena untuk menjaga dan melestarikan budaya agar selalu dikenang oleh generasi dibawahnya. Tapi suatu kepercayaan tidak perlu kita yakini sepenuhnya karena bisa saja menyesaktkan kita dalam mencari kebenaran dalam hidup ini. Kebenaran dalam hidup ini hanya bisa dipercayakan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kepada Dia lah kita meminta perlindungan dan rezeki.



Cerita Rakyat Simalungun Sumatra Utara
Raja Omas dan Bidadari

Dahulu kala ada seorang raja yang memiliki enam orang istri. Meskipun raja sudah beristri enam orang, tak satupun dari keenam istrinya mempunyai anak. Raja mulai mencara seorang wanita untuk dipinang menjadi istri ketujuhnya. Istri ketujuh raja melahirkan seorang bayi laki-laki yang diberi nama Si raja omas. Sang raja sangat bahagia setelah memiliki keturunan, namun keenam istri raja sangat iri terhadap Si raja omas karena perhatian raja hanya tertuju pada anaknya itu.

Pada suatu malam keenam istri raja merencanakan untuk mengghilangkan Si raja omas, yaitu dengan cara memasukkannya kedalam sebuah labu yang cukup besar dan menghanyutkannya ke sungai. Keesokan harinya seorang perempuan tua menemukan labu tersebut dan membawa kerumahnya. Sesampainya di rumah, perempuan tua terkejut karena didalam labu tersebut terdapat bayi laki-laki. Perempuan tua sangat bahagia karena menemukan bayi didalam labu tersebut. Oleh karena itu dirawatlah Si raja omas untuk dijadikan anakandungnya.

Setelah tumbuh menjadi dewasa Si raja omas bekerja mayadap aren untuk diambil niranya dan dijadikan tuak. Tuak buatan Si raja omas sangat nikmat rasanya hingga terkenal dimana-mana. Dari berbagai tempat berdatangan untuk minum tuak Si raja omas. Kenikmatan tuak di Si raja omas terdengar hingga telinga raja yang saat itu sedang sakit, maka disuruhlah pelayannya untuk membeli tuak si raja omas. Setelah meminum tuak si raja omas, sang raja telah sembuh dari penyakitnya. Maka segeralah raja bertemu si raja omas untuk berkata terimakasih.

Setelah peremuan itu raja tersadar bahwa Si raja omas adalah anaknya yang hilang belasan tahun lalu. Maka raja meminta Si raja omas untuk menggantikannya sebagai raja. Sebagai balasan kepada perempuan tua yang telah merawat Si raja omas, Si raja omas memeperbolehkan untuk merawat perempuan itu hingga wafat dan apabila Si raja omas telah siap menjadi raja untuk menggantikan ayahnya.

Suatu ketika Si raja omas di perintah oleh perempuan tua untuk mandi ke sebuah telaga di tengah huntan. ketika Si raja omas sampai ke dekat telaga itu, tampak ketujuh bidadari yang sedang mandi. Selesai mandi, mereka mengenakan selendang mereka lalu terbang kembali ke khayangan. Namun salah satu dari mereka, yaitu yang bungsu tidak bisa kembali ke khayangan karena selendangnya di ambil oleh Si raja omas. Akhirnya Si raja omas menikah dengan bidadari tersebut. Setelah pernikahan sebulan mereka dikarunia seorang bayi laki-laki. Si raja omas sangat bangga karena dikarunia seorang anak jadi dia tidak perlu mengawasi istrinya tersebut karena beranggapan tidak mungkin istrinya meninggalkan anaknya serta dirinya kembali ke khayangan. Akan tetapi istrinya masih mencari selendang untuk kembali kekhayangan, dan menemukannya di lumbung padi rumahnya.

Setelah menemukan selendang dia kembali kekhayangan dan serta membawa anaknya ke kahayangan. Namun, tindakannya diketahu oleh Si raja omas, dan segeralah Si raja omas meraih anaknya dari gendongan istrinya. Istri Si raja omas mencoba mengambil anaknya dari suaminya dia terbang di atas rumah untuk mencari cara untuk membawa anaknya. Tapi Si raja omas tidak kehabisan akal, dia lalu mengambil ramuan yang berbau tidak sedap lalu dioleskan di wajah anaknya. Karena sang bidadari yaitu istrinya tidak suka ramuan yang berbau tak sedap, dia meninggalkan anaknya dan kembali kekhayangan.

Sesampainya di khayangan dia ditolak oleh orang tuanya karena terlalu lama tinggal di bumi bersama manusia. Sang bidadarimenjelma  menjadi saringgon yaitu angin yang menderu-deru menerjang bumi ketika hujan lebat. Sejak saat itu kaum ibu di Simalungun Sumatra utara mengikuti tindakan Si raja omas untuk menyelamatkan anak bayi mereka dari kemarahan sang bidadari yang berubah wujudnya menjadi saringgon.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar